Mengetahui Cara Kerja Peluru Kendali (Rudal)





Rudal atau peluru kendali merupakan salah satu persenjataan modern yang pada abad ini telah mengambil peranan penting dalam sebuah pertempuran Modern. 

Rudal juga menjadi populer semenjak Perang Dunia II, ketika negara-negara didunia takjub melihat kedasyatan rudal V-2 yang digunakan Jerman dalam menghadapi musuh-musuhnya.

Penggunaan dari rudal juga cukup efektif dalam menghadapi musuh-musuhnya baik di darat, laut, maupun udara. Dengan keefektifan dari penggunaan rudal, banyak negara maju didunia pun berlomba-lomba dalam mengembangkan teknologi rudalnya masing-masing. 

Namun, rudal menjadi alat tempur yang kompleks serta membutuhkan banyak ahli untuk mengembangkan serta mengoperasikan nya.

Dan pada artikel ini kita akan membahas mengenai cara kerja rudal, dan untuk lebih jelasnya mari kita lihat uraian berikut.

Sistem Dalam Pengoperasian Rudal

Dalam pengoperasiannya, sebuah rudal memiliki sejumlah sistem yang terdiri dari:

  • Sistem Bimbingan (Guidance)
  • Sistem Penerbangan (Flight)
  • Mesin
  • Hulu Ledak (Warhead)
Dari sistem-sistem diatas, kita wajib mengetahuinya satu persatu agar dapat lebih memahami cara kerja sebuah rudal.

1.) Sistem Bimbingan (Guidance)   



Sistem bimbingan pada sebuah rudal menjadi hal yang krusial, rudal membutuhkan sistem bimbingan dalam mengoperasikannya. Tanpa sistem bimbingan, sebuah rudal mustahil untuk dapat mengenai sasaran dengan akurat. Oleh karena itu, sebuah rudal yang dilengkapi oleh sistem bimbingan memiliki beberapa metode dalam pemanduan sebuah rudal.

Sistem bimbingan pada sebuah rudal terbagi menjadi dua kategori besar, yaitu Go-Onto-Target (GOT) dan Go-Onto-Location-In-Space (GOLIS). Kedua sistem tersebut, memiliki karakteristik yang berbeda. Sistem GOT dapat meragetkan target bergerak ataupun tetap, sedangkan sistem GOLIS terbatas pada target diam atau mendekati diam. Untuk lebih jelasnya, mari simak uraian berikut.


A. Sistem GOT

Pada setiap sistem GOT terdapat tiga subsistem,

- Pelacak target
- Pelacak rudal
- Bimbingan komputer

Dari ketiga subsistem ini, distribusi antara rudal dan peluncur terbagi menjadi dua kategori yang berbeda, antara lain adalah,

I. Panduan Remote Control

Pada sistem panduan remote control, sebuah pemandu (pada umumnya komputer) ditempatkan pada platform peluncuran, begitu juga dengan sistem pelacaknya ditempatkan juga pada platform peluncuran. Untuk menjalankan sistem ini, pada umumnya antara pengendali dan rudal membutuhkan penggunaan radar dan radio, atau dapat dikatakan lintasan sebuah rudal dekendalikan melalui transmisi radio ataupun kawat. Dari sistem ini terdapat sistem yang meliputinya, antara lain adalah.

a. Comand Guidance



Pada sebuah bimbingan perintah, rudal sepenuhnya dikendalikan oleh platform peluncuran yang mengirim segala perintah pengedalian kepada rudal. Dan dari sebuah bimbingan perintah terdapat dua varian, yaitu.

Command to Line-Of-Sight (CLOS)

Pada sistem CLOS, untuk menghantam target sebuah rudal hanya menggunakan kordinat sudut. Sebuah rudal diboat agar berada di garis pandang antara peluncur dan target, dan setiap penyimpangan rudal dari garis ini dikoreksi. Sistem ini umumnya digunakan pada pertahanan udara jarak pendek dan sistem persenjataan anti-tank.

Command Off Line-Of-Sight (COLOS)

Pada sistem COLOS, sebuah pelacak target dan pelacak rudal dapat berorientasi ke berbagai arah. Sistem panduan ini memastikan pencegatan target oleh rudal dengan menempatkan keduannya di tempat. Ini berarti bahwa sistem COLOS tidak akan bergantung pada koordinat sudut seperti dalam sistem CLOS. Untuk memungkinkan hal ini, pelacak target dan pelacak rudal harus aktif sepenuhnya. 


b. Panduan Line-Of-Sight Beam Riding (LOSBR)


Panduan LOSBR menggunakan pancaran seperti sinyal radio, radar, atau laser yang diarahkan ke target. Sinar pada laser dapat mengarahkan rudal lebih akurat, namun ini untuk jarak yang pendek. Karena pada bebrapa situasi seperti pada saat cuaca buruk sinar pada laser dapat terdegradasi.

II. Panduan Homing


Berbeda dengan panduan remote control, panduan homing menempatkan sebuah pemandu beserta pelacaknya langsung pada rudal. Pada sistem panduan homing terdapat berbagai jenis yang membedakannya, antara lain adalah,

a. Homing Aktif

Homing aktif pada sebuah rudal menggunakan sistem radar untuk memberikan panduan dengan sinyal. Elektronik pada rudal pada umumnya membuat radar langsung menandakan sasaran, yang kemudian rudal memandu dirinya sendiri. Sistem ini digunakan secara luas pada rudal anti-shipping serta rudal air to air terutama untuk fire-and-forget.

b. Homing Semi-Aktif

Sistem homing semi aktif menggabungkan penerima radar yang pasif pada rudal dengan radar penargetan terpisah yang memperjelas target. Karena rudal pada umumnya diluncurkan setelah target terdeteksi menggunakan radar yang kuat, dan setelah sebuah target terdeteksi, untuk melacak target tersebut radar yang sama juga dapat digunakan. Dengan begitu, sistem ini dapat menghindari masalah dengan resolusi atau daya dan juga dapat mengurangi bobot rudal.

c. Homing Pasif

Sistem homing pasif pada umumnya menggunakan inframerah yang melacak target dengan mendeteksi panas yang dihasilkan oleh target. Biasanya sistem ini digunakan pada tugas anti-pesawat. Dan untuk melacak pesawat yang menjadi target, sistem ini mendeteksi panas yang dihasilkan oleh mesin pesawat.

d. Homing Retransmission

Homing retransmission atau juga bisa disebut Track Via Missile (TVM) merupakan gabungan antara comand guidance, homing semi-aktif, dan homing aktif. Cara kerjanya adalah, sebuah rudal mengambil radiasi oleh radar pelacak yang memantul dari target dan menyampaikannya ke stasiun pelacak, yang menyampaikan perintah kembali ke rudal.

B. Sistem GOLIS

Pada prinsipnya sitem GOLIS harus berisi informasi yang telah ditetapkan mengenai target. Jadi, sistem GOLIS memiliki karakteristik utama yaitu tidak adanya pelacak target. Sedangkan, penuntun dan pelacak rudal terdapat di rudal. Ketiadaan pelacakan target pada sistem GOLIS tentunya perlu adanya panduan navigasi. 


Panduan navigasi ini merupakan jenis panduan yang dijalankan oleh sistem tanpa pelacak target. Sistem ini juga dikenal sebagai sistem panduan mandiri, tetapi sistem ini tidak sepenuhnya mandiri karena pelacak rudal yang digunakan. Sistem ini dibagi lagi oleh fungsi pelacak rudal, antara lain sebagai berikut.

I. Sepenuhnya Autonomous

Pelacak rudal pada rudal tidak bergantung pada sumber navigasi eksternal, dan dapat dibagi menjadi,

a. Bimbingan Inersia 



Bimbingan inersia menggunakan perangkat pengukuran sensitif untuk menghitung lokasi rudal. Bimbingan inersia paling diminati untuk panduan awal serta reentry pada rudal strategis, karena tidak memiliki sinyal eksternal dan tidak dapat di jammed. Dan pada saat ini, rudal yang dipandu dengan kombinasi dari bimbingan inersia, GPS, dan pemetaan medan radar menjadi rudal yang memiliki tingkat akurasi yang tinggi.

b. Bimbingan Preset



Bimbingan preset merupakan tipe paling sederhana dari panduan rudal. Dari jarak dan arah target, lintasan jalur penerbangan ditentukan. Sebelum diluncurkannya rudal, informasi diprogram ke dalam sistem panduan rudal. Jadi, selama penerbangan rudal melakukan manuver berdasarkan jalur yang telah diprogram. Semua komponen panduan (termasuk sensor seperti akselerometer atau giroskop ) terkandung di dalam rudal, dan tidak ada informasi dari luar (seperti instruksi radio) yang digunakan.

II. Bergantung Pada Sumber Alami

Sistem panduan navigasi pelacak rudal bergantung pada sumber eksternal alami, dan dapat dibagi menjadi.

a. Bimbingan Astro-Inersia 



Panduan astro-inersia adalah penggabungan informasi atau sensor fusi dari panduan inersia dan navigsi celestial. Pada umumnya sistem ini digunakan pada rudal balistik yang diluncurkan oleh kapal selam. Berbeda dengan rudal balistik berbasis silo (peluncur rudal balistik dari bawah tanah) yang titik peluncurannya tidak bergerak, sebuah rudal yang menggunakan kapal selam bergerak sebagai peluncur dapat memperumit perhitungan navigasi yang diperlukan, sehingga meningkatkan kemungkinan kesalahan sirkular.

Oleh karena itu, panduan astro-inersia digunakan untuk memperbaiki kesalahan posisi dan kecepatan kecil yang dihasilkan dari ketidak pastian kondisi peluncuran karena kesalahan dalam sistem navigasi kapal selam dan kesalahan yang mungkin terakumulasi pada sistem panduan selama penerbangan karena kalibrasi instrumen yang tidak sempurna.

Sistem ini menggunakan penentuan posisi bintang untuk menyempurnakan akurasi sistem panduan inersia setelah rudal diluncurkan. Karena keakuratan rudal tergantung pada sistem panduan yang mengetahui posisi pasti rudal pada saat tertentu selama penerbangannya. Dan menjadi fakta bahwa bintang adalah titik referensi tetap untuk menghitung posisi yang menjadikannya alat yang berpotensi sangat efektif untuk digunakan untuk meningkatkan akurasi.

b. Bimbingan Terestrial



Sebuah bimbingan terestrial menggunakan sistem navigasi Terrain Contour Matching (TERCOM) yang merupakan sistem navigasi berbasis peta kontur pra-rekaman dari medan yang dibandingkan dengan perhitungan yang dilakukan selama penerbangan oleh altimeter radar pada rudal. Sistem TERCOM sangat meningkatkan akurasi rudal dibanding dengan sistem navigasi inersia (INS). Akurasi yang meningkat pada rudal yang menggunakan sistem TERCOM untuk terbang lebih dekat ke halangan dan umumnya ketinggian yang lebih rendah, membuatnya lebih sulit untuk dideteksi oleh radar darat.

Selain TERCOM, sistem yang juga termasuk bimbingan terestrial adalah Digital Scene-Mapping Area Correlator (DSMAC) yang menggunakan kamera untuk melihat area daratan, mendigitalkan tampilan, dan membandingkannya dengan tempat yang tersimpan di komputer onboard untuk memandu rudal ke targetnya.

2.) Sistem Penerbangan (Flight) 



Untuk mencapai target dengan akurat, sebuah rudal juga harus dilengkapi oleh sistem penerbangan. Tentunya, sistem penerbangan ini menggunakan sistem bimbingan untuk memandu sistem penerbangan dalam melakukan manuver yang diinginkan. Jadi dapat disimpulkan, bahwa sistem bimbingan dan sistem penerbangan saling berkaitan dalam hal pengendalian sebuah rudal. Sistem penerbangan yang dipandu oleh sistem bimbingan memungkinkan untuk dapat mengikuti target yang bergerak serta menghindari kesalahan penargetan.

Sistem penerbangan pada sebuah rudal memiliki dua sistem utama, yakni vector thrust (dorongan vektor) dan manuver aerodinamis. Sistem yang menggunakan vector thrust dapat memanfaatkan Thrust Vector Control (TVC) yang berarti sebuah rudal dapat merubah arah dorongnya melalui nozzle (knalpot) yang arahnya dapat diubah. Untuk sistem dengan manuver aerodinamis, sebuah rudal menggunakan sayap ataupun sirip yang secara aerodinamis dapat merubah manuver sebuah rudal. Beberapa rudal juga dilengkapi giroskop untuk membantu rudal agar dapat dimiringkan dengan waktu yang singkat.

3.) Mesin

 

Sebuah rudal untuk mencapai sebuah target pastilah menggunakan mesin sebagai penggeraknya. Umumnya, rudal menggunakan mesin roket atau mesin jet. Mesin roket yang digunakan pada rudal dapat berupa propelan padat (bahan bakar padat) atau juga propelan cari (bahan bakar cair). Namun umumnya rudal menggunakan propelan padat, karena kemudahan dalam perawatan serta lebih cepat untuk dioperasikan. Walaupun begitu, propelan cair juga digunakan pada beberapa jenis rudal seperti rudal balistik yang ukurannya lebih besar.



Adapun untuk mesin jet, jenis rudal yang umum menggunakannya adalah jenis rudal jelajah. Jenis mesin jet yang dapat digunakan pada rudal adalah jenis turbojet, turbofan, atau juga bisa ramjet. Semua jenis mesin jet tersebut sepenuhnya dapat digunakan pada rudal, namun yang paling umum digunakan pada rudal adalah turbojet. Terkadang, sebuah rudal juga dapat mengkombinasikan beberapa mesin dan menghasilkan beberapa tahapan dalam pengoperasiannya. Sebagai contoh, sebuah rudal jelajah dapat menggunakan mesin roket pada saat peluncuran dan selanjutnya mesin jet digunakan untuk melanjutkan penerbangan hingga mencapai target.

4.) Hulu Ledak (Warhead)
 


Hulu ledak pada rudal menjadi sarana penghancur target yang menjadi sasaran. Hulu ledak pada umumnya bersifat high explosive (daya ledak tinggi) yang bertujuan untuk merusak dan melumpuhkan target. Walaupun begitu, beberapa rudal juga memiliki daya hancur yang dihasilkan energi kinetik (energi yang dihasilkan ketika rudal dalam keadaan kecepatan tinggi) sebagai penghancur sekunder.

Hulu ledak pada sebuah rudal juga tak hanya terbatas pada peledak konvensional tetapi juga dapat berbagai jenis hulu ledak seperti, pembakar, senjata nuklir, senjata kimia, serta senjata biologis. Untuk beberapa keadaan seperti tahap pengujian atau pelatihan, hulu ledak tidak digunakan pada sebuah rudal.

Sumber :

https://www.britannica.com/technology/missile

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Intercontinental_ballistic_missile

https://www.rand.org/topics/ballistic-missiles.html

https://maritime.org/doc/missile/index.htm

https://www.britannica.com/technology/rocket-and-missile-system/Strategic-missiles

https://fas.org/nuke/intro/missile/basics.htm

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Ballistic_missile#:~:text=A%20ballistic%20missile%20follows%20a,of%20the%20flight%20is%20unpowered.

https://medium.com/@tomvykruta/how-a-ballistic-missile-works-and-why-its-the-most-terrifying-weapon-ever-created-8d48d3e28a5f

https://www.space.com/19601-how-intercontinental-ballistic-missiles-work-infographic.html#:~:text=Missiles%20are%20self%2Dguided%20munitions,the%20Earth%20to%20its%20target.

http://www.brahmos.com/

Share this:



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Terjadinya Perang Korea 1950-1953

5 Pesawat Tempur Era Perang Dunia II yang Terbaik Pada Masanya

Sturmtiger, Tank Artileri Kelas Berat Jerman Pada Perang Dunia II