Graf Zeppelin, Kapal Induk Jerman Pada Perang Dunia II



Kapal induk Graf Zeppelin menjadi salah satu dari sekian banyak kapal induk yang dikembangkan pada Perang Dunia II. Namun, Graf Zeppelin hanya menjadi satu-satunya kapal induk yang diluncurkan oleh Jerman pada Perang Dunia II. Dan dari satu-satunya kapal induk Jerman pada Perang Dunia II, Graf Zeppelin tidak pernah benar-benar digunakan oleh Jerman pada Perang Dunia II.

Untuk lebih mengetahui lebih lanjut mengenai kapal induk Graf Zeppelin, mari kita simak uraian berikut.

Spesifikasi & Desain  




Kapal induk Graf Zeppelin memiliki spesifikasi dan desain sebagai berikut,
  • Panjang : 262,5 m
  • Beam (Luas) : 36,2 m
  • Draf : 8,5 m
  • Berat : 34.088 ton
  • Penggerak : 4 turbin
  • Daya terpasang : 149.140 kW
  • Kecepatan : 62,6 km/jam (33,8 knot)
  • Radius jelajah : 14.816 km
  • Awak : 1.720
  • Pesawat yang dibawa : 42 pesawat
  • Persenjataan : SK C/28, SK C/33, SK C/30, Flak 30/38
  • Pelindung : 100 mm (armor sabuk), 45 mm (dek penerbangan), 60 mm (dek utama)

Pengembangan   




Pengembangan kapal induk ini berawal ketika seorang asisten profesor konstruksi Angkatan Laut Wilhelm Hadeler dari Universitas Berlin pada April 1934 ditunjuk untuk membuat rancangan desain awal untuk kapal induk. Dan pada tanggal 18 Juni 1935, Jerman juga melakukan Perjanjian Angkatan Laut Anglo-Jerman yang menambah kemungkinan untuk membangun kapal induk dengan kapasitas hingga 38.500 ton.

Adolf Hitler juga mengumumkan bahwa Jerman akan membangun kapal induk untuk memperkuat Angkatan Laut Jerman (Kriegsmarine). Pada musim gugur 1935, Jerman pun berhasil memperoleh beberapa bahan teknik dari Jepang selama proses desain. Tahun berikutnya, Lunas (bagian bawah kapal) Graf Zeppelin diletakkan dan menandakan pekerjaan pembangunan dimulai. 




Pada 8 Desember 1938, kapal induk Graf Zeppelin (Flugzeugträger A) diluncurkan. Dan pada akhir 1939, kapal induk tersebut telah selesai 85 %, dengan proyeksi penyelesaian pada pertengahan 1940. Selanjutnya, pada September 1939, Angkatan Udara Jerman (Luftwaffe) membentuk kesatuan terdiri dari tiga skuadron yang dilengkapi dengan pesawat Bf 109s dan Ju 87s untuk menunjang kapal induk.

Selama Perang Dunia II  




Pada bulan April 1940 yang bertepatan atas penaklukan Jerman terhadap Norwegia, kesempatan untuk menggunakan Graf Zeppelin semakin berkurang karena prioritas yang dialihkan. Sebelumnya juga, konstruksi pada kapal juga mengalami masalah, seperti kekurangan tukang las dan keterlambatan dalam memperoleh material. 

Usulan untuk menghentikan semua pekerjaan terhadap Graf Zeppelin mulai dibcarakan oleh Laksamana Raeder selama konferensi Angkatan Laut dengan Hitler pada 29 April 1940. Alasanya jika kapal tersebut ditugaskan pada akhir 1940, pemasangan instalasi akhir senjatanya akan membutuhkan waktu sepuluh bulan atau lebih, selain itu sistem pengendalian tembak juga telah dijual kepada Uni Soviet berdasarkan perjanjian perdagangan sebelumnya.

Dengan begitu, Hitler menyetujui perintah penghentian pengerjaan Graf Zeppelin. Hal ini memungkinkan untuk Laksmana Raeder memindahkan persenjataan seperti Flak dan lainnya yang telah terpasang pada Graf Zeppelin untuk dipasang di Norwegia ataupun tempat lainnya. 




Selanjutnya, Graf Zeppelin ditarik dari Kiel menuju ke Gotenhafen pada Juli 1940 dan tetap disana selama hampir setahun. Kapal tersebut akhirnya digunakan sebagai gudang penyimpanan pasokan kayu Jerman. Pada Juni 1941 Graf Zeppelin kembali dipindahkan tepat sebelum Jerman menginvasi Uni Soviet, tetapi kali ini dipindahkan ke Stettin untuk menghindari serangan udara Soviet. Setelah Jerman berhasil menguasai lebih jauh wilayah Uni Soviet dan menghilangkan ancaman udara secara langsung, Graf Zeppelin dikembalikan ke Gotenhafen dan kembali lagi menjadi kapal penyimpanan kayu.

Sementara itu, Pada bulan April 1942 Raeder bertemu dengan Hitler untuk untuk mendiskusikan tentang strategi Angkatan Laut. Kegunaan kapal induk dalam peperangan lautan telah banyak ditunjukkan, sebagai contoh keberhasilan kapal induk Inggris dalam melumpuhkan armada laut Italia pada Pertempuran Taranto, pada Mei 1941 kapal perang Jerman Bismarck juga secara kritis dirusak, dan kapal induk itu juga mencegah kapal perang milik Jerman yang bernama Tirpitz untuk menyerang konvoi kapal menuju Uni Soviet pada Maret 1942. Selain itu, Jepang juga telah berhasil mengoptimalkan penggunaan kapal induk pada penyerangan Pearl Harbor dan telah menghancurkan armada Amerika Serikat.

Laksamana Raeder yang menginginkan proteksi udara dari kapal induk untuk unit permukaan kelas berat Kriegsmarine memberi tahu Hitler bahwa Graf Zeppelin dapat diselesaikan dalam waktu sekitar satu tahun dan dengan enam bulan dilakukan untuk uji coba dan pelatihan penerbangan. Pada 13 Mei 1942, dengan otorisasi Hitler, Komando Tertinggi Angkatan Laut Jerman memerintahkan pekerjaan dilanjutkan pada kapal induk.

Namun masalah teknis dalam pembangunan ini masih tetap membayangi. Rancangan baru pesawat untuk kapal induk yang diinginkan Raeder tidak dapat disanggupi oleh industri pesawat terbang Jerman karena sudah terlalu cukup terbebani. Dan pada akhirnya, untuk menjawab permasalahan tersebut, konversi pesawat yang ada seperti Junkers Ju 87 dan Messerschmitt Bf 109 dilakukan sebagai solusi sementara hingga pesawat jenis baru dikembangkan. Selain itu, pelatihan pilot di Travemünde juga akan dilanjutkan kembali.

Kapal induk juga akan dikonversi menjadi versi kelas berat dibanding pendahulunya yang berbasis darat sehingga memerlukan sejumlah perubahan dari desain asli Graf Zeppelin seperti, sistem ketapel yang perlu di modernisasi, kerekan yang diperkuat untuk peralatan pada kapal, serta penguatan untuk dek penerbangan, lift, dan lantai hangar. Selain daripada itu juga dilakukan perubahan teknologi dalam kapal induk yang mencakup sistem radio, radar, peresenjataan, dan lain sebagainya.

Staf Angkatan Laut Jerman berharap semua perubahan dan pembaruan pada kapal dapat diselesaikan pada bulan April 1943, dengan uji coba kapal dilakukan pada bulan Agustus 1943. Kepala insinyur Wilhelm Hadeler juga ditugaskan untuk mengawasi penyelesaian Graf Zeppelin. Hadeler berencana untuk menempatkan dua poros bagian dalam serta sistem propulsi yang masing-masing lebih dahulu beroperasi, untuk memberikan kapal kecepatan awal 25-26 knot sehingga cukup cepat untuk uji coba laut. Dengan begitu, Graf Zeppelin diharapkan untuk siap tempur pada musim dingin 1943/1944.

Pada malam antara tanggal 27-28 Agustus 1942, Graf Zeppelin menjadi satu-satunya serangan udara Sekutu yang secara khusus menargetkan kapal tersebut untuk dihancurkan. Sembilan pembom RAF Lancaster dari skuadron 106 dan 97 dikirim menyerang kapal induk Jerman, masing-masing membawa bom seberat 2.540 kg dengan muatan hulu ledak yang ditujukan untuk sasaran lapis baja.

Seorang pilot yang ditugaskan tidak dapat melihat kapal induk itu karena kabut sehingga malah menjatuhkan bomnya pada perkiraan posisi kapal perang Jerman Gneisenau. Dan yang lain percaya dia mencetak hit langsung pada Graf Zeppelin, tetapi tidak ada catatan diketahui kapal menderita kerusakan akibat serangan bom malam itu. 




Pada 5 Desember 1942, Graf Zeppelin dipindahkan kembali ke Kiel dan ditempatkan di galangan kapal mengambang. Sepertinya kapal tersebut mungkin akan dilakukan tahap penyelesaian. Namun, pada akhir Januari 1943, Hitler menjadi sangat kecewa dengan kapal-kapal Kriegsmarine, terutama kepada buruknya kinerja armada permukaannya, sehingga Hitler memerintahkan semua kapal besarnya tidak digunakan dan dihilangkan.

Setelah itu, Laksamana Raeder dibebas tugaskan dari komando dan digantikan oleh Komandan Kapal Selam Karl Dönitz. Pada akhirnya juga Laksamana Dönitz membujuk Hitler untuk membatalkan sebagian pesanan semua kapal bahkan kapal yang hampir selesai termasuk Graf Zeppelin. Dan kemudian pada 30 Januari 1943, semua pengerjaan pada kapal berhenti, walaupun beberapa pengerjaan sementara berlanjut hingga bulan Maret.

Pada bulan April 1943, Graf Zeppelin kembali ditarik ke timur menuju Gotenhafen, lalu ke pangkalan laut di Swinemünde dan akhirnya berlabuh di dermaga di dekat Sungai Parnitz yang berjarak dua mil dari Stettin. Disana kapal tersebut mendekam selama dua tahun kedepan dengan hanya dijaga oleh 40 petugas. Ketika tentara merah Soviet mendekati kota pada bulan April 1945, katup Kingston kapal dibuka sehingga air membanjiri ruang bawahnya. Kemudian para teknisi yang beranggotakan sepuluh orang menghancurkan interior kapal dan melubangi lambung kapal, selain itu mereka juga menghancurkan mesin-mesin yang penting. 




Pada pukul 6 sore tanggal 25 April 1945, tepat ketika pasukan Soviet memasuki Stettin, komandan Wolfgang Kähler mengirimkan radio kepada regu untuk meledakkan bahan peledak. Asap yang mengepul dari corong kapal memastikan bahwa muatan itu telah meledak, sehingga menjadikan kapal tidak berguna bagi pemilik barunya selama beberapa bulan mendatang.

Pasca Perang
 


Setelah Jerman menyerah dalam perang, nasib dan keadaan kapal induk tersebut tidak diketahui diluar Uni Soviet selama beberapa dekade berikutnya. Soviet pada saat itu tidak bisa memperbaiki kapal itu dalam jangka waktu yang ditentukan oleh ketentuan Komisi Angkatan Laut Triparit, sehingga kapal tersebut dikategotikan sebagai kapal Kategori C, yakni kategori yang menyaratkan bahwa kapal akan dihancurkan atau ditenggelamkan pada tanggal 15 Agustus 1946.

Selama beberapa dekade, banyak orang yang berasumsi mengenai nasib kapal induk tersebut. Tetapi, dalam catatan Soviet yang sebenarnya, pada 14 Agustus 1947 Graf Zeppelin ditarik ke pelabuhan Swinemünde, dan dua hari kemudian tepatnya pada 16 Agustus 1947 kapal itu digunakan sebagai sasaran latihan untuk kapal dan pesawat Soviet.

Pada latihan peledakkan tersebut, Soviet memasang bom di dek penerbangan, di hanggar, dan bahkan di dalam corong. Selanjutnya, bom kembali dijatuhkan dari pesawat. Setelah diledakkan oleh 24 bom beserta proyektil, kapal tidak tenggelam dan harus di ledakkan lagi oleh dua torpedo sehingga kapal tersebut tenggelam 25menit kemudian.

Setelah tenggelam, posisi pasti bangkai kapal itu tidak diketahui selama beberapa dekade. Namun pada tanggal 12 Juli 2006, kapal penelitian RV St.Barbara milik perusahaan minyak Polandia Petrobaltic menemukan bangkai karam seluas 265 m di utara Wladyslawowo sejauh 55 km. Bangkai kapal ditemukan pada kedalaman lebih dari 80 m dibawah permukaan laut. Setelah bangakai kapal ditemukan, Angkatan Laut Polandia mulai melakkukan survei selama dua hari untuk memastikan identitasnya. Dan setelah menyelidiki menggunakan robot bawah laut, mereka menyimpulkan bahwa bangkai kapal itu adalah Graf Zeppelin.

Share this:



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Terjadinya Perang Korea 1950-1953

5 Pesawat Tempur Era Perang Dunia II yang Terbaik Pada Masanya

Sturmtiger, Tank Artileri Kelas Berat Jerman Pada Perang Dunia II